Gue lagi meeting sama distributor vape besar minggu lalu, dia cerita sesuatu yang bikin dag dig dug. “Stok liquid gue senilai 800 juta ditahan di Bea Cukai karena belum penuhi aturan BPOM 2025. Padahal dulu jualan tenang-tenang aja.” Sekarang? Dia harus recall produk, reformulasi, dan apply izin ulang—proses yang makan waktu dan biaya gila-gilaan.
Ini reality yang dihadapi pelaku bisnis vape dan liquid di 2025. Yang nggak adapt? Bakal gulung tikar. Yang pinter navigate perubahan? Bisa jadi market leader.
Bukan Cuma Soal Izin Biasa, Tapi Revolusi Standardisasi
Dulu jualan vape dan liquid itu kayak wild west—siapa aja bisa jual, nggak ada yang ngatur. Sekarang? BPOM 2025 nerapin standardisasi ketat kayak obat dan makanan. Dan ini sebenernya good news buat bisnis yang serius.
Contoh konkrit yang gue liat. Temen gue yang punya brand liquid lokal harus reformulasi 15 varian rasa karena ada batasan maximum untuk certain ingredients. Awalnya dia ngomel-ngomel, tapi setelah liat sales data 3 bulan kemudian? Justru naik 40%. Karena konsumen sekarang lebih percaya sama produk yang udah certified.
“Regulasi ketat itu seperti filter,” katanya. “Yang cuma mau cepet kaya bakal minggat, yang bener-bener passionate bakal stay dan thrive.”
Tiga Perubahan Besar yang Bakal Impact Bisnis Lo
- Mandatory Ingredient Disclosure
Sekarang harus cantumin semua komposisi liquid dengan detail—bukan cuma “natural and artificial flavoring” doang. Bahkan kadar nikotin per mL harus exact, nggak boleh ada toleransi. - Child-Resistant Packaging
Kemasan vape dan liquid harus pake system yang nggak bisa dibuka anak-anak. Jadi goodbye packaging yang cuma tutup biasa—harus ada locking mechanism tertentu. - Production Facility Certification
Nggak boleh produksi di garage atau rumah lagi. Harus punya facility yang memenuhi standar CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik) atau CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik).
Data dari asosiasi industri menunjukkan 35% brand liquid lokal tutup dalam 6 bulan pertama 2025 karena nggak sanggup penuhi regulasi baru. Tapi yang bertahan justru experience growth rata-rata 60%.
Kesalahan Fatal yang Masih Banyak Dilakukan
Pertama, nunda-nunda apply izin. Prosesnya bisa makan 3-6 bulan, jadi kalau nunggu last minute, ya siap-siap jualan illegal.
Kedua, mikir “ah nggak bakal ketahuan”. BPOM sekarang punya AI system yang bisa scan e-commerce dan sosmed buat detect produk illegal. Gue tau beberapa seller yang kena denda ratusan juta karena jualan online tanpa izin.
Ketiga, underestimate biaya compliance. Dari lab testing, consultant, sampe reformulasi—bisa habis ratusan juta buat brand yang established.
Survival Guide Buat Pelaku Bisnis
- Audit Produk Sekarang Juga
Cek semua produk lo—apa yang sesuai regulasi, apa yang perlu reformulasi, apa yang harus di-discontinue. Better sadar cepat daripada telat. - Partner dengan Lab yang Certified
Jangan coba-coba test sendiri atau pake lab abal-abal. Hasilnya nggak akan diakui BPOM, dan uang lo bakal sia-sia. - Diversifikasi Revenue Stream
Jangan rely on vape products doang. Banyak temen gue yang mulai expand ke accessories, merch, atau bahkan konsultasi untuk beginner vaper.
Perubahan regulasi 2025 ini sebenernya blessing in disguise. Industry vape dan liquid jadi lebih terhormat, nggak dianggep bisnis nakal lagi. Dan konsumen jadi lebih percaya sama produk lokal yang udah certified.
Gue optimis dalam 2-3 tahun ke depan, kita bakal liat lahirnya brand-brand liquid Indonesia yang bisa compete secara global. Karena dengan standar yang ketat, quality produk kita nggak kalah sama import.
Bisnis vape lo sendiri udah siap hadapi aturan BPOM 2025? Atau masih bingung harus mulai dari mana?



